Pria Diuji Ketika Wanita Tidak Mengenakan Apa-apa, Cek Faktanya…!!!
Wanita diuji ketika pria tidak memiliki apa-apa. Pria diuji ketika wanita tidak mengenakan apa-apa. Jumat malam yang seharusnya menjadi malam yang romantis dan penuh kesenangan berubah menjadi malam yang dingin dan sepi.
Hanya tangan yang terbuka yang dapat menerima harta, hanya hati yang terbuka yang dapat menerima cinta, hanya paha yang terbuka yang dapat merasakan kenikmatan.
Ujian terbesar untuk pria adalah wanita. Demikianlah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah diingatkan dalam sebuah hadits.
Karena itu Islam memberikan pedoman yang sangat ketat dalam mengatur hubungan antara dua jenis kelamin yang berbeda ini. Tujuannya, tentu saja, adalah untuk memuliakan kedua belah pihak, pria dan wanita.
Allah Subhanahu wa Ta`ala menciptakan dua jenis orang, Adam (laki-laki) dan Hawa (perempuan), yang keduanya secara alami tertarik satu sama lain. Pria itu tertarik, cenderung dan senang dengan wanita.
Sebaliknya, wanita juga memiliki minat, kecenderungan dan kesenangan terhadap pria. Ayah manusia, Nabi Adam ʻalayh salam, merasa kesepian ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala belum menciptakan Hawa sebagai teman hidupnya.
Ini juga terjadi pada anak-anak dan cucu-cucu Adam. Ketika usia dan kebutuhan telah dituntut, mereka membutuhkan pasangan yang sama untuk lawan jenis, dan ini adalah sifat manusia.
Karena daya tarik pria dan wanita yang kuat, agama samhah – agama yang mudah dan tidak membebani penganutnya menetapkan aturan sehingga keduanya dipertahankan dan tidak melanggar batas-batas Ilahi.
Jika aturannya tidak diindahkan, maka yang terjadi adalah fitnah. Fitnah ini bisa menimpa pria, bisa juga menimpa wanita, atau bahkan keduanya. Yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah sesuatu yang mengarah pada cobaan, bala bantuan, dan adzab.
Lelaki ini semakin mendapat godaan dan ujian ketika ia telah mencapai puncak kesuksesannya alias sudah mapan. Yah tidak perlu mencapai puncaknya juga, godaannya sudah banyak.
Harta, tahta dan wanita. Katanya sih karena lelaki itu selalu mencari tantangan. Hmmm, alasaaaannn! Ha ha ha.
Ada teman saya yang saya katakan jika hidupnya sudah mapan maka tidak ada lagi tantangan. Tidak ada adrenalin. Aku hanya tertawa sedih.
Namun ketika pria itu sudah mapan, dia harus ingat “perjalanannya” dalam mencapai kemapanan. Pasti ada orang yang ada di sampingnya, terutama pasangannya.
Menjadi pacar yang tidak menghargai kesetiaan pasangannya ketika dia masih dalam “perjalanan” nya. Ibarat habis manis sepah dibuang.
Saya suka sedih ketika mendengar cerita tentang keluarga yang tiba-tiba runtuh meskipun dari luar sepertinya keluarga yang sempurna.
Lalu aku mendapat kabar jika ternyata lelaki itu berselingkuh atau bahkan punya istri baru sebelum bercerai. Jika tidak, beritanya adalah bahwa pria itu telah ditangkap oleh polisi karena korupsi dan sebagainya.
Lain halnya dengan perempuan. Gadis itu benar-benar menguji kesetiaannya ketika pasangannya lagi “jatuh”. Apakah gadis ini sabar dan selalu setia untuk tetap di samping pasangannya?
Apakah gadis ini dapat memberikan dukungan dalam bentuk apa pun untuk pasangan mereka?
Apakah gadis ini tidak akan tergoda dan tidak akan meninggalkan pasangannya yang sedang sedih?
Karena, jujur saja, sebagai gadis yang namanya mapan adalah godaan yang sangat besar di tengah-tengah kesulitan.
Apalagi misalnya ada cowok lain yang bisa memikat pendirian tanpa perlu kesusahan, pasti cewek yang tidak tahan dengan godaan dan tidak tahan akan meninggalkan pasangannya tanpa berpikir dua kali.