Mengelola Sampah dan Limbah Merupakan Sumber Ekonomi Yang Menguntungkan

bendebesah.com – Mengelola Sampah dan Limbah Merupakan Sumber Ekonomi Yang Menguntungkan – Upaya mengatasi masalah
sampah, termasuk limbah, tidak bisa hanya dilakukan dengan mencari alternatif
tempat pembuangan akhir lainnya. Solusi untuk masalah sampah juga bisa
ditemukan dengan menghasilkan pandangan bahwa limbah merupakan sumber ekonomi
yang menguntungkan maka dari itu kita simak cara mengelola sampah menjadi sumber ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Sampah bisa memicu bencana banjir atau menghasilkan uang? tergantung dari
sikap masyarakat yang menghadapi limbah rumah tangga yang melimpah di sungai
dan pantai.

Jika dikelola dengan
baik, sampah tidak selalu menjadi masalah banyak yang membuktikan dan sekarang orang
yang berbisnis limbah: Limbah yang tidak diproses dibuang di tempat penampungan
sampah,

Sampah yang menjijikan bisa jadi jika bisa membawa manfaat ekonomi. Kegiatan mengolah limbah menjadi kompos sekaligus mendidik warga untuk mau menyortir sampah. Meski pemisahan sampah organik dan anorganik oleh penduduk desa belum sempurna, langkah ini mampu mengubah gaya hidup masyarakat sungai dan mendorong mereka untuk hidup lebih sehat.

Dari 50-80 kilogram sampah organik, yang terdiri dari sayuran, sisa makanan, dan tanaman, setelah dilengkapi dengan dekomposer bakteri yang bisa menghasilkan sekitar 100 kilogram kompos. Harga jual kompos Rp 5.000 per kilogram. Kekurangan pasokan sampah dari warga ditutup oleh pengelola dengan limbah nabati yang diambil dari Pasar Jatinegara.

Dengan memberikan nilai ekonomis, limbah tersebut akan dilihat oleh masyarakat berpenghasilan rendah berpenghasilan rendah sebagai peluang untuk meningkatkan rezekinya.

Kesempatan emas
Related Posts
1 of 34
Ketua Umum Asosiasi Limbah Padat Indonesia Sri Bebassari mengingatkan, menyumbangkan sampah bukan hanya masyarakat, tapi juga sejumlah industri sangat banyak. Setiap orang menghasilkan 0,5 kilogram sampah per hari. Sumber limbah yang dihasilkan, salah satunya, adalah dari penggunaan produk industri khususnya kemasan makanan dan minuman dari plastik.

Selama itu hanya menyalahkan konsumen, demi keadilan, produsen yang memproduksi barang yang digunakan konsumen juga harus bertanggung jawab,” kata Sri Bebassari. Pabrikan harus menggunakan kemasan produk yang bisa mudah terurai secara alami, seperti plastik yang cepat terurai atau diganti plastik dengan kertas.

Ketua Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Setyo Sarwanto Moersidik menambahkan bahwa pengelolaan sampah oleh sejumlah pemerintah daerah pada umumnya masih mengandalkan proyek pembangunan fisik, berteknologi tinggi dan membutuhkan investasi yang besar.

Bahkan, beberapa masyarakat masih memiliki modal sosial tinggi dan bisa diberdayakan, terutama untuk pengelolaan sampah.

Kondisi yang sering menimbulkan absurditas dalam pengelolaan sampah. Warga diminta membuang sampah ke tempat sampah, tapi tidak ada tong sampah. Warga diminta untuk memisahkan sampah kering dan basah, namun setelah dipindahkan ke tempat pembuangan sementara, berbagai jenis limbah dipertemukan kembali.



Memang tidak semua orang bisa diberdayakan untuk mengelola sampah mereka sendiri. Oleh karena itu, pemerintah perlu memetakan kelompok masyarakat mana yang dapat digarap. Penentuan kelompok masyarakat ini juga harus dilakukan dengan memperhatikan etnohidrologi atau budidaya air. Ini akan memberi pemerintah langkah yang tepat untuk mengingatkan warga agar membuang sampahnya kapan saja, bukan dengan permintaan.

Salah satu kelompok masyarakat yang dapat diberdayakan adalah kelompok ibu yang merupakan anggota Kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) atau Posyandu seperti pada masa Orde Baru. Memang cara ini masih melibatkan peran pemerintah yang kuat. Namun, cara itu bisa mengajak orang untuk mencegah penyakit.

Masih 30-40 persen warga dapat didorong untuk menciptakan sistem pengelolaan limbah yang mandiri, termasuk yang berasal dari pendidikan tinggi dan ekonomi menengah.

Pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampah itu sendiri membutuhkan waktu lama. Namun, harus dilakukan mulai sekarang melalui penganggaran yang memadai untuk rekayasa sosial. Sayangnya, rekayasa sosial ini masih dipahami oleh pemerintah hanya dengan cara sosialisasi dan daya tarik.

Terima kasih telah mengunjungi website oreng bendebesah (orang Bondowoso), jangan lupa share Mengelola Sampah dan Limbah Merupakan Sumber Ekonomi Yang Menguntungkan agar lebih bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Bondowoso.
Leave A Reply
Verification: 072ae90ef479a69a