Cara Pendekatan Dalam Mengangkat Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan Sosial – Kini, sebagian besar orang mengasosiasikan istilah kesejahteraan sosial dengan layanan sosial yang dilakukan pemerintah. Tapi hal ini relatif baru dilakukan pemerintah di belahan Eropa dan Amerika Utara dalam memperluas layanan sosial bagi publik dan mengambil tanggung jawab yang besar dalam untuk mengangkat kesejahteraan sosial.
Sebagian sejarah hidup manusia, para individu dengan dukungan dari keluarga mereka, telah bertanggung jawab pada kesejahteraan mereka masing masing.
Mereka telah berusaha mencari solusi dari masalah masalah mereka dengan usaha mereka sendiri dengan kerja keras dalam mencari nafkah yang mereka butuhkan dalam memenuhi kebutuhan sosial mereka.
Ketika tanggungjawab individu dan keluarga secara traditional telah menjadi modal utama dalam mengangkat kesejahteraan sosial, bentuk dukungan lainpun telah berkembang.
Di sebagian besar masyarakat, sudah menjadi tradisi bahwa keluarga, kerabat dan tetangga dekat membantu saling membantu bila salah satu dari mereka ditimpa masalah.
Juga pada agama besar telah menjadi tugas agama untuk memberikan bantuan kepada yang lain, bahkan kegiatan ini dimaksudkan sebagai bentuk kegiatan amal yang sistematis namun seringkali rumit.
Hingga abad kesembilanbelas, kegiatan amal keagamaan ini didukung oleh pendekatan yang terorganisir dengan baik dalam mengangkat kesejahteraan sosial, mensuplai kebutuhan bagi mereka yang membutuhkan.
Kesejahteraan Sosial
Kegiatan amal yang terorganisir juga mendukung hadirnya pekerjaan sosial sebagai profesi. Hal ini memberikan rangsangat kepada pemerintah agar terlibat dalam kesejahteraan sosial.
source img : youthmanual.com |
Kini sangat mungkin untuk mengidentifikasikan tiga pendekatan yang terinstitusionalisasi dalam mengangkat kesejahteraan sosial. Pertama adalah kegiatan pilantropi sosial yang bergantung pada donasi donasi pribadi, relawan dan organisasi non profit untuk memenuhi kebutuhan, mencari solusi terhadap masalah yang ada, dan menciptakan kesempatan baru.
Pendekatan terakhir bergantung pada intervensi pemerintah melalui layanan layanan sosial resmi. Pendekatan terakhir ini biasa disebut dengan pendekatan administrasi sosial. Pendektan ini juga dikenal dengan layanan sosial atau pendekatan kebijakan sosial.
Ketiga pendekatan untuk mengangkat kesehateraan rakyat ini telah lama diadopsi diberbagai belahan dunia. Mereka mungkin berbeda dengan pendekatan pembangunan sosial yang memang belum terlalu banyak diterima secara luas.
Akan terkugat nanti, bahwa perbedaan kunci antara pendekatan pembangunan sosial dan pendekatan yang lain adalah usahanya untuk menghubungkan kebijakan dan program sosial secara langsung dengan proses pembangunan ekonomi secara menyeluruh.
1. Philantropi sosial dan kegiatan amal
Philantropi sosial berusaha untuk mengangkat kesejahteraan sosial dengan mendukung pembagian miilik pribadi dan layanan kepada orang orang yang membutuhkan.
Ketika pengangkatan philantropi sosial secara sistematis merupakan sesuatu pembangunan yang baru, philantropi itu sendiri memiliki sejarah yang panjang.
Dan sebagian besar sejarah besar manusia,, kesejahteraan sosial telah diselenggarakan oleh warga negara secara pribadi dalam bentuk kegiatan amal, seperti yang sudah diketahui sebelumnya, kegiatan amal ini seringkali didasari oleh kepercayaan beragama.
Pada kepercayaan yahuni kuno, sebagai contoh, para petani diharapkan untuk menyisakan sedikit porsi dari hasil panen bagi mereka yang membutuhkan.
Dalam islam, zakat dilaksanakan dengan melalui kegiatan amal. Tentunya, praktek praktek keagamaan ini masih sangat dibutuhkan untuk masa sekarang. Dan kegiatan amal keagamaan masih merupakan modal penting dalam membantu mereka yang membutuhkan.
Philantropi sosial tidak hanya dilakukan para pelaku pribadi lewat kegiatan amal tetapi juga lewat organisasi organisasi yang khusus melayani mereka yang membutuhkan.
Dalam agama kristen, organisasi pertama dalam bidang ini dilakukan oleh biara biara dengan memberikan bantuan kepada mereka yang sakit, tuna wisma dan anak anak terlantar.
Dengan berjalannya waktu organisasi organisasi yang menyediakan tempat tinggal bagi kelompok yang membutuhkan seperti lansia, pengidap sakit jiwa, yatim berkembang lebih jauh. Layanan rumah tinggal ini menjadi modal besar dalam mengimplementasikan pendekatan philantropi sosial.
Walaupun institusi rumah tinggal adalah bentuk paling umum dalam philantropi sosial. layanan bukan tempat tinggal pun juga ditawarkan. Layanan ini berkembang sangat cepat pada abad kesembilanbelas.
Pada pertengahan abad ke sembilan belas, banyak bermacam badan philantropi sosial yang dibangun di kota kota eropa dan amerika utara. Sebagian besar dari mereka memberikan bantuan materi seperti sandang, pangan dan bentuk materi lainnya. Lainnya juga menawarkan konseling dan saran mengenai masalah sosial.
Sebagian lebih menitikberatkan pada reformasi moral, berusaha untuk menyelamatkan anak dan para remaja perempuan dari penyalahgunaan minuman, prostitusi dan anak yang kabur dari rumah.
Dengan berjalannya waktu, kebutuhan untuk mengkoordinasikan berbagai bagan amal menjadi pertimbangan para pemimpin institusi philantropi. hasilnya, beberapa badan badan bersamapun muncul.
Salah satunya adalah organisasi amal masyarakat (Tge Charity Organization society) yang tidak hanya berusaha untuk meningkatkan koordinasi usaha usaha philantropi juga memformlasikan teknik baru yang melahirkan profesi pekerjaan sosial.
Saat ini, philantropi sosial telah berubah menjadi lebih sekuler. Walaupun, sebelumnya organisasi keagamaan lebih mendominasi kegiatan kegiatan amal, beberapa kegiatan amal mulai muncul tanpa menggunakan atribut keagamaan.
Kini mbanyak sekali philantropi sosial yang lebih sekuler walau tentunya kegiatan amal yang berafiliasi pada agama agama tertentu masih banyak berjalan pada skala besar.
Kini telah banyak organisasi amal yang menyediakan barang dan layanan kepada mereka yang membutuhkan. Philantropi sosial ini lebih tertuju kepada mereka yang tidak dapat menyediakan dan mencari kebutuhan mereka sendiri, bukan layanan yang ditujukan kepada rakyat secara keseluruhan.
Secara historis mereka yang melakukan kegiatan amal telah membedakan dengan jelas siapa yang dianggap layak mendapatkan bantuan dan siapa yang tidak. yang layak mendapatkan bantuan termasuk diadalamnya lansia, orang cacat, anak anak dan mereka yang tidak dapat menjaga dirinya sendiri.
Yang tidak layak mendapatkan bantuan ini adalah pengangguran yang secara fisik normal dan mereka yang bermasalah dengan tingkah laku mereka seperti penyalahgunaan obat obatan terlarang, pelaku tindak kriminal.
Umumnya mereka yang menerima philantropi sosial ini adalah mereka adalah penerim pasif bantuan dan layanan. Philantropi ini lebih tergantung pada niat baik para penyandang dana dan keinginan pemerintah untuk menggunakan dana pembayar pajak dalam menyokong aktifitas amal mereka.
Tidak semua philantropi terkait pada pembagian amal pada mereka yang membutuhkan. Selama abad kesembilan belas, ketika kegiatan amal meluas edidaratan eropa dan amerika utara, eberapa tokoh philantropi berusaha untuk membawa reformasi sosial dan meningkatkan kondisi sosial.
Para pemimpin ini, umumnya memiliki hubungan baik dengan kalangan ekonomi kelas atas, berusaha dengan pengaruh yang mereka miliki untuk mencari dukungan dari para pebisnis dan tokoh tokoh politik.
Mereka menggunakan koneksi mereka untuk meyakinkan pemerintah untuk memperkenalkan layanan sosial baru, menetapkan hukum hukum baru yang dapat mencegah eksploitasi dan diskriminasi juga untuk memperkenalkan hal hal yang dapat dilakukan untuk melindungi yang lemah.
Pendekatan phialntropi sosial telah sangat sukses pada negara negara industri juga pada negara negara berkembang. Selanjutnya, banyak muncul badan badan philantropi interasional yang mengkhususkan diri untuk mencari sumber sumber bantuan untuk proyek ekonomi, sosial dan komunitas.
Beberapa agensi ini seperti OXFAM merupakan sebuah organisasi multinational besar dengan dana besar dengan memiliki banyak program.
Ketika sebagian besar usaha philantropis berusaha untuk mengangkat kesejahteraan sosial berdasarkan dari pemberian materi dan layanan kepada mereka yang membutuhkan, banyak dari badan philantropi sosial ini juga melakukan pendekatan pembangunan sosial.
2. Pekerjaan sosial dan intervensi profesional
Pekerjaan sosial adalah sebuah pendekayan yang terorganisir untuk mengangkat kesejahteraan sosial dengan menggunakan tenaga tenaga profesional bermutu untuk menghadapi masalah masalah sosial.
Pekerjaan sosial muncul pada negara negara industri selama pertengahan akhir abad kesembilanbelas. Pekerjaan sosial berasal dari organisasi amal masyarakat (The Charity Organization Society) yang didirikan dilondon pada tahun 1860an, dengan tujuan membuat kegiatan amal lebih sistematis.
Para pimpinan organisasi ini sangat penting dalam mempraktekan secara luas amal kepada orang yang membutuhkan tanpa diskriminasi, mereka berpendapat bahwa bantuan diberikan setelah melakukan investigasi keadaan si penerima dan ditentukan apakah mereka layak menerima bantuan.
Selanjutnya, mereka percaya bahwa bantuan harus diberikan dalam waktu yang ditentukan dan terbatas. Mereka yang menerima batuan harus diarahkan pada bagaiman cara mencari kerja dan menjadi mandiri. Memiliki pekerjaan akan menciptakan rasa percaya diri dan akan berlanjut pada kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengimplementaasikan ide ide mereka, organisasi amal masyarakat atau the Chariity organisation society ini merekrut beberapa relawan terdidik untuk mengunjungi dan melakukan investigasi keadaan mereka yang mendapatkan bantuan.
Para relawan ini mengembangkan rencana rencana penanganan yang didesaign untuk merehabilitasi para penerima bantuan. Mereka juga menyediakan konseling, dengan mmepercayai bahwa mereka yang miskin memiliki masalah dalam tingkah laku mereka sehingga mereka menjadi miskin. Kerja para relawan ini mendasari hadirya pekerjaan sosial saat ini yang lebih tertuju pada penanganan masalah sosial pada orang orang yang membutuhkan.
Sejak abad kesembilanbelas, pekerjaan sosial telah banyak mengalami pembangunan pada bidang akademik edan profesi, juga telah menyebar diseluruh dunia, Informasi dari asosiasi sekoalh pekerjaan sosial internasional menunjukkan bahwa pekerjaan sosial telah dikenal luas (Rao.1983).
Ketika asosiasi ini didirikan pada tahun 1929, hanya beberapa sekolah pekerjaan sosial yang bergabung,sebagian besar berada di negara negara industri. Pada tahun 1973, keanggotaan bertambah hingga 459 sekolah di 66 negara.
Pada tahun 1983, bertambah menjadi 476 sekolah yang menjadi anggota. Akhir ini banyak sekolah didirkan pada daerah eropa timur dan bekas jajahan rusia (hokenstad et, al., 1992)
Kini pekerja sosial melayani bermacam tempat baik di sektor publi maupun sebagai relawan, akan tetapi di sebagian negara, mayoritas besar dari pekerja sosial bekerja di organisasi pelayanan sosial milik pemerintah baik lokal maupun pusat dengan lapangan kerja yang berbeda seperti kesejahteraan anak, sekolah pekerjaan sosial, bantuan sosial.
Pekerjaan sosial medis, rehabilitasi, pemukiman, gerontology dan pekerjaan sosial psikitaris lainnya, bekerja pada agen agen sosial non profit dan kini mulai merambah pada agensi profit seperti rehabilitasi obat, bantuan tenaga kerja dan fasilitas psikiatri. di beberapa negara seperti amerika serikat banyak yang bekerja di praktek konseling pribadi dengan bayaran (Hopps dan Pinderhughes, 1992).
Secara tradisional pekerja sosial menawarkan pelayanan yang memberikan solusi dalam menagani masalah sosial di tingkat individu dan keluarga. Titik tekan pada penanganan sosial merefleksikan komitmen profesi pekerja sosial secara historis. Pada abad kesembilanbelas ketika pekerja sosial pertama kali hadir, masalah sosial seperti kemiskinan, tunawisma, kesehatan, buta huruf dan kriminal di anggap sebagai kesalahan individu, banyak yang percaya bahwa penhyakit sosial dapat disembuhkan dengan konseling serta dengan membantu orang untuk meningkatkan fungsi sosial mereka. Ketika pekerja sosial ini mlai mengenal bahwa beberapa orang yang bermasalah tidak akan pernah mandiri, mereka percaya bahwa sebagian besar orang yang memiliki masalah ini dapat ditangani dan dibantu untuk dapat mengandalkan diri sendiri.
Kini pekerjaan sosial sangat bergantung pada konseling dan bentuk lain dari intervensi remdial dalam mengatasi masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Tetapi harus ditekankan bahwa ada bentuk pekerjaan sosial lain yang tidak memberikan layanan remedial (pencarian solusi) bentuk non remedial dan pekerjaan sosial adalah kebijakan sosial, riset pekerjaan sosial, kerja kelompok non terapis, perencanaan layanan sosial lokal dan gerakan masyarakat. Selanjutnya ada kelompok kecil grup aktivitas yang terdiri dari pekerja sosial yang berusaha menggabungkan perspektif pekerjaan sosial pada profesinya. Akan tetapi, aktivitas ini kecil dibandingkan dengan tujuan utama profesi ini yang berhubungan dengan patologi individu dan penanganan masalah masalah sosial. Ketika beberapa pekerja sosial terlibat pada kegiatan kegiatan non remedial, pendekatan pekerjaan sosial untuk mengangkat kesejahteraan sosial sangat tergantung pada pendekataan remedial terhadap kesejahteraan sosial.
3. Administrasi Sosial dan pembagian layanan kesejahteraan
Pendekatan administrasi sosial berusaha untuk mengangkat kesejahteraan rakyat dengan membentuk program program sosial pemerintah yang dapat meningkatkan kesejahteraan warga melalui berbagai macam pelayanan sosial. Pendekatan ini juga dikenal dengan kebijakan sosial atau pendekatan pelayanan sosial.
Tidak seperti philantropi sosial, yang berhubungan langsung dengan kegiatan amal pribadi bagi mereka yang membutuhkan, pendekatan administrasi sosial ini lebih tertuju pada sumber sumber publik kepada kelompok besar warga negara dan seringkali, semua warga negara dilibatkan.
Pendekatan administrasi sosial ini, berdasarkan dari pemikiran bahwa pemerintah bertanggung jawab akan kesejahteraan warga negaranya, dimana mereka seharusnya menyediakan berbagai macam layanan untuk mengangkat kesejahteraan sosial.
Hukum hukum orang miskin (the poor law) yang diberlakukan selama masa ratu Elizabeth 1 di inggris seringkali dianggap sebagai awalnya keterlibatan pemerintah pada kesejahteraan sosial.
Akan tetapi, ada beberapa contoh terdahulu dari pembagian layanan sosial yang disponsori negara contohnya di babilon kuno yang memberlakukan peraturan peraturan hammurabi yang melindungi para janda dan anak yatim (Chambliss, 1954).
Akan tetapi, hukum orang miskin pada zaman pemerintahan elizabth merupakan bentuk intervensi sosial pemerintah yang paling komprehensif pada masa awal. Tidak seperti pembagian legal lainnya yang lebih lokal, tidak teratur dengan memadai dan terbatas lingkupannya.
Hukum yang dimiliki pada masa elizabeth 1 ini lbeih terpusat dijalankan dengan peraturan peraturan yang jelas dan diimplementasikan kepada seluruh negri. Hukum inilah yng mendasari program bantuan sosial yang berlaku sekarang dan memberikan tunjangan bagi orang yang tidak dapat bekerja dan memiliki sedikit tunjangan bagi orang yang tidak dapat bekerja dan memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki sumber pendapatan (deSchweinitz, 1943).
Ketika hukum hukum orang miskin diingris terpusat hanya pada masyarakat yang paling membutuhkan mereka juga memberlakukan keterlibatan negara dalam kesejahteraan sosial.
Pada abad kesembilanbelas, dengan kubu oposisi yang ada, pemerintah menjadi lebih bertanggung jawab pada kesehatan dan pendidikan publik, pengaturan kondisi kerja dipertambangan dan pabrik pabrik, dan pencegahan dari ekspliotasi wanita dan anak anak.
Dibawah pengaruh tokoh reformasi kelas menengah.dan menguatnya perserikatan dagan dan menyebarnya ide ide sosialis, pemerintah mulai memperkenalkan pendidikan umum, keamanan sosial dan kesehatan untuk goongan pekerja.
Selama abad kedua puluh pembagian layanan sosial pemerintah di negara negara industri lebih berkembang dan pada tahun 1950an makin berkembang meliputi bagian besar dari penduduk.
Di beberapa negara cakupan beberapa layanan sosial tidak lagi bersifat lokal contohnya di inggris keamanan sosial dan pelayanan kesehatan diberikan setelah PD 2 untuk melayani semua penduduk.
Contoh layanan sosial terkini meliputi pendidikan publik, keamanan sosial, pelayanan kesehatan, pemukiman, pinjaman bagi keluarga keluarga dan layanan layanan serupa. Pemerintah pada beberapa negara industri barat telah membuat banyak program layanan sosial.
Negara negara ini selanjutnya disebut dengan “walfare state” Oleh karena itu, pendekatan sosial administrasi ini sangat berhubungan dengan negara kesejahteraan. (welfare state) kontemporer.
Telah terjadi serangkaian pembangunan di negara dunia ketiga (Hardiman dan midgley, 1982;1989;Macpherson,1982) walaupun layanan sosial di negara negara ini tidak didanai dengan baik, sebagian telah meningkatkan keterlibatan pemerintah pada kesejahteraan sosial.
Proses ini di awali oleh pegawai administrasi kolonial yang pertama mengenalkan layanan sosial publik yang terbatas di negara negara jajahan pada tahun 1930- an dan 1940-an. Setelah kemerdakaan banyak pemerintah di dunia ketiga memperluas pembagian ini.
Walaupun layanan sosial ini tidak selalu sesuai dengan kebutuhan lokal dan seringkali tersalurkan untuk masyarakat kota. Sejatinya, intervensi pemerintah telah memberikan sumbangan berarti pada peningkatan sosial yang terjadi di dunia ketiga. Peningkatan ini jelas terlihat pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Ketika situasi dibeberapa negara berkembang ini jauh dari taraf memuaskan, peningkatan yang berarti telah terjadi pada kehadiran murid murid di sekolah, tingginya kemampuan membaca, akses pada layanan kesehatan dan pencegahan penyakit menular terjadi karena layanan sosial yang dilakukan oleh pemerintah dunia ketiga.
3 Macam Pendekatan dalam Mengangkat Kesejahteraan Sosial – Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya mohon dimaafkan karena saya juga manusia yang tak luput dari kesalahan.
Terimakasih kepada James Midgley yang sudah menguraikan pengetahuan ini dalam bukunya yaitu “Pembangunan sosial dalam perspektif pembangunan dalam kesejahteraan sosial” yang sudah diterjemahkan oleh Prof. Dr.A.Qodri A.Azizy,MA selaku direktur jendral kelembagaan agama islam departemen agama islam