Filosofi Kopi

Filosofi Kopi – Istilah Filosofi Kopi mulai tenar kembali sejak cerita karya Dee Lestari di filmkan. Banyak kata bijak dan puitis pada cerita tersebut sehingga membuat orang ingin membaca buku dan menonton filmnya mulai dari filosofi kopi 1, filosofi kopi 2, dan filosofi kopi 3.

Filosofi Kopi
Foto Kopi hitam

Walaupun sedikit berbeda antara cerita di buku dan di film, itu tak menjadikan penonton kecewa berat. Kata bijak yang di sampaikan sungguh mebangkitkan semangat hidup, kata-kata romantis pun juga diucapkan.

Filosofi Kopi Indonesia

Menurut Filosofikopi.com dari secangkir kopi kita dapat mengetahui arah hidup kita dan juga dapat membakar semangat orang lain yang lagi galau. Secara fisik, kopi memang hitam menggambarkan kehidupan kelam, tetapi setelah kamu merasakan hitamnya kopi akan terasa nikmatnya.

Kunci untuk menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cawannya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya. Hidup kita seperti kopi, cangkir adalah pekerjaan, posisi, dan properti yang kita miliki.

Ketika orang diundang untuk memilih cangkir kopi yang akan mereka gunakan, mereka cenderung memilih cangkir yang baik. Sementara yang tersisa adalah cangkir yang murah dan tidak menarik. Memilih yang terbaik adalah alami dan manusia.

Masalahnya adalah, ketika kita tidak mendapatkan cangkir yang baik, perasaan itu akan terputus secara otomatis.

Kami akan membandingkan cangkir yang kami pegang dengan cangkir orang lain. Pikiran terfokus pada cangkir ketika apa yang kita minum bukanlah cangkir. Rasa semua orang dalam kopi bervariasi, apakah itu kopi hitam, kopi susu, kopi latte, capucino, kopi yang diseduh, dan lainnya.

Ada juga penikmat kopi panas atau dingin, kopi pahit atau manis semua tergantung selera masing-masing.

Dan pastinya kopi memiliki aroma dan rasa yang khas, tidak terpengaruh oleh cangkir atau gelas.

Kami terlalu sibuk melihat “cangkir” orang lain, meskipun kami minum “kopi” yang sama. Kualitas hidup tidak boleh didasarkan pada seberapa tinggi posisi dan berapa banyak properti yang kita miliki, tetapi selama kita bersyukur atas apa yang kita miliki tidak akan pernah ada kata kekurangan atau protes apalagi korupsi.

Kualitas hidup kita ditentukan oleh “apa yang ada di dalam” bukan “apa yang dilihat dari luar”. Apa gunanya kita memiliki segalanya tetapi tidak merasakan sukacita, kedamaian, dan kebahagiaan dalam hidup kita.

Itu sangat menyedihkan, sama seperti kami menikmati kopi basi yang disajikan dalam cangkir mewah dan mahal.

Leave A Reply
Verification: 072ae90ef479a69a